Rabu, 28 November 2007

Scientific Paper

Suatu artikel ilmiah dapat dibagi dalam dua katagori yaitu makalah penelitian (research paper) dan makalah hasil survey (survey paper). Makalah selain hasil penelitian biasanya dimasukkan dalam survey paper atau makalah ulasan atau telaah (review). Ada juga makalah yang menggabungkan hasil penelitian dan hasil survey, namun editor jurnal internasional biasanya hanya menerima makalah hasil penelitian atau hasil ulasan saja.

Makalah ilmiah menurut Abdullah [1] adalah laporan riset yang ditulis dan dipublikasikan oleh satu atau beberapa orang peneliti. Ciri-ciri makalah ilmiah antara lain: merupakan hasil riset, isinya orisinil, menyajikan temuan baru atau pernyempurnaan temuan yang sudah ada, mengandung informasi sebanyak mungkin dan menggunakan kata-kata sedikit mungkin.

Menurut definisi diatas, makalah ilmiah adalah laporan riset dan tidak sama dengan laporan biasa yang hanya merupakan pemaparan ulang informasi yang telah dipublikasikan di beberapa referensi. Dengan definisi diatas, bagaimana nasib makalah ulasan? Makalah ulasan atau makalah survey baru bisa dikatakan makalah ilmiah jika disamping menampilkan data, juga menyampaikan analisis dan interpretasi intelektual dari data tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ulasan, dituntut lebih banyak pustaka yang dipakai sebagai acuan. Makalah ulasan yang mempunyai pustaka relatif sedikit akan diragukan keilmiahannya sehingga kemungkinan ditolak oleh reviewer dan editor jauh lebih besar dibanding makalah penelitian. Tidak ada ketentuan baku berapa minimal makalah yang harus dicantumkan pada makalah hasil penelitian atau makalah ulasan. Namun dari banyak pengamatan, makalah ulasan mempunyai pustaka hampir seratus buah dan bahkan lebih, sedang makalah hasil penelitian antara sepuluh-dua puluh buah sudah cukup memadai. Menurut Abdullah [1], untuk paper biasa, referensi sekitar 20 adalah jumlah yang wajar. Jika referensi terlalu sedikit sering muncul komentar dari penilai bahwa referensi kurang. Orang bisa menduga bahwa penulis kurang membaca referensi dan hasil yang dilaporkan terlalu spekulatif. Namun, jika apa yang dilaporkan benar-benar merupakan hal yang baru, dan topik tersebut jarang atau hampir belum pernah diteliti oleh peneliti lain, maka referensi beberapa buah saja tidak menjadi masalah.

Menulis pada jurnal internasional membutuhkan pengetahuan agar makalah tersebut dapat diterima. Pada umumnya jurnal internasional lebih selektif dibanding dengan jurnal nasional, karena jurnal tersebut akan dibaca oleh banyak pakar dari berbagai negara, sehingga harus bagus, bermutu, ada sesuatu yang berbeda atau ada yang baru dibanding dengan makalah lainnya. Suatu jurnal dalam negeri bisa juga dikelompokan sebagai jurnal internasional, asalkan memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

Kriteria umum Jurnal Internasional menurut Departemen Pendidikan Nasional [2]:

1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa PBB (Inggris, Perancis, Spanyol, Arab, Cina).
2. Pengelolaan naskah sedemikian rupa sehingga naskah yang diterima cepat terbit (rapid review) dan ada keteraturan terbit.
3. Jurnal berkualitas (prestige), bisa dilihat dari daftar penelaah naskahnya dan Editorial Board-nya yaitu pakar di bidangnya dalam dan luar negeri.
4. Dibaca oleh banyak orang di bidangnya, bisa dilihat dari distribusi/peredarannya.
5. Menjadi acuan bagi banyak peneliti (citation).
6. Tercantum dalam Current Content dan sejenisnya.
7. Artikel yang dimuat berkualitas, bisa dilihat dari kemutakhiran topik dan daftar acuannya.
8. Penyumbang artikel/naskah berasal dari banyak negara.
9. Penelaah berasal dari banyak negara yang terkemuka dibidangnya.
10. Menawarkan off-prints/reprints.
11. Terbit teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
12. Penerbitan jurnal tidak terkendala oleh dana.
13. Bukan jurnal Jurusan, Fakultas, Universitas atau Lembaga yang mencerminkan derajat kelokalan. Seyogyanya diterbitkan oleh himpunan profesi.
14. Memberi kesempatan penulis artikel membaca contoh cetak.
15. Artikel yang dominan (kalau bisa > 80%), berupa artikel orisinil (hasil penelitian), bukan sekadar review atau ulasan.
16. Kadar sumber acuan primer >80%, derajat kemutakhiran acuan >80%.
17. Tersedia Indeks di setiap volume.
18. Ketersediaan naskah tidak menjadi masalah. Angka penolakan ± 60%
19. Mempertimbangkan Impact Factor, yaitu:

Jumlah sitasi pada artikel yang dimuat di Jurnal X
-----------------------------------------------------
Jumlah artikel yang dimuat di Jurnal X

Literature

[1] Abdullah, M., 2004. Menembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
[2] Anonim, Kriteria Umum Jurnal Internasional, Departemen Pendidikan Nasional, retrieved Oktober,29 2007 from www.dikti.org/p3m/ files/akreditasi_jurnal/KJI.doc

[ BACK to TOP ] [ BACK to FRONT PAGE ] [ EXIT to GOOGLE ]

Tidak ada komentar: